ARTIKEL TERBARU

Studi soal Anak Muda RI: Pendidikan Formal Penting, tapi…

Jakarta – Studi mendapati bahwa anak muda Indonesia ingin menginginkan…

3 Cara Tingkatkan Kualitas Diri Bagi Pengawas Sekolah, Catat!

Jakarta – Pengawas sekolah adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung…

Studi soal Anak Muda RI: Pendidikan Formal Penting, tapi…

ilustrasi-ptm-di-kota-bogor-sholihindetikcom_169

Jakarta – Studi mendapati bahwa anak muda Indonesia ingin menginginkan isu pendidikan jadi isu pertama yang membaik di negara ini. Pemuda Indonesia meyakini, pendidikan merupakan salah satu sektor yang mengalami peningkatan dalam 5 tahun mendatang.
Temuan suara anak Indonesia usia 16-35 tahun tersebut dilaporkan dalam laporan Next Generation Indonesia dari British Council dan 2CV yang bekerja sama dengan jejaring mitra lokal termasuk konsultan insight strategis Illuminate, jejaring peer-researchers relawan dari Indonesia Youth Foundation, agensi riset sosial Myriad, dan panel riset global Cint.

“Menariknya, hasil insight menunjukkan bahwa masalah utama Indonesia menurut anak muda adalah pendidikan, dan anak muda menilai pendidikan harus ditingkatkan,” tutur Camelia Harahap, Heaf of Art and Creative Business, British Council di Youth Co:Lab National Dialogue 2023: Ekosistem Kewirausahaan Pemuda yang Inklusif untuk Indonesia Emas 2045 di Hotel Ayana Mid-Plaza, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (31/10/2023).

Anak Muda RI: Pendidikan Formal Penting, tapi…
Hasil studi kuantitatif Next Generation Indonesia pada Maret 2022 diambil dari suara 3.093 responden anak muda usia 16-35 tahun di Sumatra hingga Papua di 34 provinsi. Termasuk di dalamnya yakni studi tatap muka dengan 1.554 responden dari wilayah pelosok dengan kendala akses, serta 1.539 responden online.

Adapun responden studi kualitatifnya yang dilakukan Juli 2022, mengambil hasil interview dari anak muda di wilayah pedesaan di 9 provinsi, yakni Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, dan Papua. Responden diambil dari lintas gender, etnis, agama, dan status sosial dan ekonomi.

Studi ini menunjukkan, ada putus hubungan antara anggapan anak muda tentang nilai pendidikan dan manfaat konkret yang diterima di kenyataan. Anak muda Indonesia Indonesia menilai pendidikan formal sangat penting.

Pendidikan formal dianggap sebagai komponen inti untuk belajar moral yang kuat, penguatan karakter, dan menjadi fondasi identitasnya di Indonesia. Anak muda juga menganggap bahwa pendidikan adalah simbol status dan institusi yang harus dihormati. Di sisi lain, kurang dari setengah total responden anak muda Indonesia yang setuju bahwa pendidikan bernilai di tingkat praktis.

Hanya 40 persen anak muda yang menganggap pendidikan formal mampu membantunya menyiapkan diri untuk kehidupan dan hanya 36 persen yang menganggap pendidikan formal mampu membantunya menyiapkan diri untuk kerja. Lebih lanjut, hanya 39 persen anak muda Indonesia yang sepakat bahwa pendidikan formalnya membantu mereka mendapat pekerjaan.

Kurang Skill Penting di Sekolah
Studi tersebut juga mendapati bahwa anak muda Indonesia menilai pendidikan di sekolah tidak melengkapinya dengan hard skills dan soft skills untuk memasuki lingkungan kerja. Anggapan ini khususnya berangkat dari anak muda dari tingkat pendidikan lebih rendah, yang menilai tingkat semua elemen pendidikannya berada di bawah elemen pendidikan yang disediakan di perguruan tinggi.

Para responden anak muda menilai, sejumlah skills gap yang ingin diatasi antara lain skill di bidang teknologi informasi atau IT skills, literasi finansial dan kecakapan bisnis, kecakapan praktis untuk bantu transisi dari pendidikan ke pekerjaan, bahasa Inggris,dan pendidikan yang juga mengutamakan ilmu sosial dan ilmu kreatif.

“Dalam hal skill gaps, kami melihat salah satunya IT, bahasa Inggris, dan lainnya dinilai membantu anak muda bisa transisi ke lapangan pekerjaan,” terang Camelia.

“Itu barrier (penghalang) untuk masuk pasar kerja. Anak muda juga butuh migrasi karena kurang kesempatan di lokasinya. Nepotisme juga jadi barrier untuk dapat kerja, dan barrier mismatch (ketidakcocokan) keterampilan di sekolah dengan di market (pasar tenaga kerja),” imbuhnya.

Camelia mengatakan, sebagai negara young society dengan bonus demografi, masa depan Indonesia ada di tangan anak muda.

“Butuh dukungan bagi ekosistem yang lebih inklusif dan berkembang sehingga dapat keterampilan yang cocok untuk pengembangan Indonesia di masa depan,” pungkasnya.